Pada masa Pemerintahan Ida Sri Jaya Bali yang memerintah Bali , diceritakan bahwa beliau bermaksud mengembangkan Daerah Kekuasaannya dibagin Barat Pulau Bali,maka diutuslah dua orang patihnya yang bernama I Pasek Kayu Selem dan I Pasek Kerandan atau I Pasek Auman yang tinggal di Desa Batur Penulisan untuk menjelajah Daerah – Daerah yang tidak berpenghuni. Dalam perjalanan dua orang patih tersebut memerintahkan pengikutnya untuk membuat tempat peristirahatan berupa sebuah bangunan yang terbuat dari batu dan bata disebelah barat kaki Gunung Batukaru.
Dalam usaha memperluas Daerah kekuasaan Ida Sri Jaya Bali ,kedua Patih tersebut beserta dengan pengikutnya telah menjelajah daerah – daerah yang memungkinkan untuk mengembangkan Kerajaan
. Berjalan kesebelah utara ( sekarang Desa Wanagiri) menuju kebarat ( sekarang Desa Gobleg dan Banjar ),Kesebelah Timu 9 Sekarang Desa Soka sampai Pulukan ), kesebelah Selatan dari Tukad Pulukan sampai Desa Kali Kunyit dan kesebelah Barat sampai ke Desa Tukad Semaga dan kembali lagi ketempat persinggahan awalnya di Gunung Batukaru. Merasa cukup lama perjalanan clan melelahkan , maka tempat Peristirahatan ini menjadi sebuah tempat tinggal tetap yang diberi nama Pujunga Sari.
Kedatangan dua orang patih Raja Sri Jaya Bali beserta para pengikutnya yang singgah di Gunung Batukaru sambil membuka hutan juga mendirikan sebuah pedukuhan atau pasraman untuk tempat pemujaan leluhur. Mendengar perkembangan perjalanan patih I Pasek Kayu Selem dan I Pasek Auman, maka tertarik niat Raja Ida Sri Jaya Bali untuk dating ke Pedukuhan di Pujung Sari dengan mengajak Permaisurinya asal Negeri Cina yang diberi nama Sri Kama Ratih yang tidak dianugrahi Putera. Di Pujung Sari beliau hanya sesaat karena beliau dipanggil kembali untuk melanjutkan Tahta kekuasaannya Ayahanda dan mempersunting seorang Putri bernama Dewi Danu. Dalam perkawinan inilah beliau dianugerahi dua orang putera yang bernama sri Mayadana dan Putra yang kedua diberi nama Sri Ugrasena atau dengan nama lain Sri Arya Dalem Karang.
Mengingat daerah kekuasaannya di Pujung Sari, beliau mengutus putra keduanya Sri Arya Dalem Karang memimpin di Pujunga Sari bersama kedua patihnya. Masa Pemerintahan Sri Arya Dalem Karang diperkirakan pada tahun Isaka 867 (945 M ) sampai akhir hayatnya.
Setelah wafatnya Sri Arya Dalem Karang , maka Sri Jaya Bali mempercayakan kepada kedua patihnya untuk menguasai daerah kekuasaan tersebut. Keturunan kedua Pepatih ini berkembang sedikit demi sedikit. Pasek Kerandan memusatkan Pemerintahannya disebelah Selatan dengan memegang penuh amanat Raja dan Pasek Kayu Selem dipercaya memegang kekuasaan di Pujung Sari
Bukti yang menunjukkan adanya sebuah pemukiman penduduk adalah diketemukannya bekas – bekas pondasi rumah di kawasan kaki Gunung Batukaru,disamping peninggalan – peninggalan bersejarah berupa kuburan tua, Guci dari Negeri Cina,kentongan kerajaan yang terbuat dari perunggu, seperangkat pakaian brahmana clan masih banyak lagi yang lainnya.
Pada masa penjajahan Belanda, Desa Pujungan berstatus sebagai wilayah Banjar bagian dari Desa Pupuan, Kedistrikan Selemadeg. Kelian Banjar yang diingat pertama adalah I Jembo dengan jumlah penduduk kurang lebih 45 Kepala Keluarga sekitar tahun 1900 – an,nama lain yang tercatat pernah memimpin Desa Pujungan adalah Pan Wijil clan digantikan oleh pimpinan tiga serangkai Pan Jebeng,Pan Deri clan Pan Teken, serta untuk memperlancar roda pemerintahan di pelosok Desa , di Tibudalem dibuatkan perwakilan kepemimpinan yang dipegang oleh I Wayan Sumat.
Nama I Ketut Sukarata sebagai Pimpinan sekitar tahun 1963 dengan pembantu dimasing-masing Banjar seperti I Wayan Tebeng yang digantikan oleh I Wayan Wetya,l Wayan Jibleg yang kemudian digantikan oleh I Ketut Mustika, I Ketut Sulatra yang digantikan oleh I nengah Warya clan I Nyoman Sadra yang kemudian digantikan oleh I Nengah Bumbung, Kemudian yang menggantikan I Ketut Sukarata karena habis masa jabatannya adalah Pan Sebeb seorang tokoh dari Banjar Pujungan Kauh yang sekarang menjadi Banjar Puspasari.
Tahun 1965 pada masa Revolusi pemberontakan G.30.S/PKI Desa Pujungan dipimpin oleh I Wayan Nesa Wisuanda yang kemudian digantikan oleh I Wayan Renes seorang mantan pejuang Kemerdekaan RI. Nama Gurun Suwaki menggantikan I Wayan Renes sekitar tahun 1968 clan I Wayan jenjen menjabat sampai tahun 1974. Dalam Pemerintahan di Desa Pujungan sekitar tahun 1950 sampai dengan tahun 1974 Desa Pujungan berkembang menjadi dua Banjar Banjar Pujungan Kangin clan Banjar Pujungan Kauh. Pujungan Kangin dikepalai oleh Nang Karang dan Pujungan Kauh dikepalai oleh Pan Sirta, kedua tokoh tersebut mengakhiri masa jabatannya clan digantikan oleh Pan Sedeng sebagai Kepala Pujungan kangin clan P.9n Jedeg alias I Nengah Siden sebagai Kepala Pujungan Kauh, setelah keduanya mengakhiri masa jabatannya digantikan oleh I Wayan jenjen sebagai Kelian Banjar Pujungan Kangin dan I Gde Wayan Arkha sebagai Kelian Banjar Pujungan Kauh.
Tahun 1975 berdasarkan atas Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tabanan, tertanggal 1 Oktober 1975 Nomor Pem/Il.a/1079/1975,Desa Pujungan diresmikan menjadi Desa Depinitif dengan Kepala Pemerintahan di pegang oleh seorang Bendesa clan untuk melestarikan budaya adat dibentuk lembaga adat yang dikepalai oleh seorang Bendesa Adat. Kepala Desa Depinitif pertama adalah I Ketut Murdiasa yang membagi Desa Pujungan menjadi lima Banjar yaitu : Banjar Puspasari dengan Kelian Dinasnya I Gde Wayan Arkha, Banjar Mertasari Kelian Dinasnya I Wayan Jenjen, Banjar Tamansari Kelian Dinasnya I Ketut Nuita, Banjar Margasari Kelian Dinasnya I Wayan Seja
Bendesa I ketut Murdiasa mengakhiri masa Jabtannya clan digantikan oleh I Wayan Nesa Wisuanda pada tahun 1978 dengan formasi Kelian Dinas yang sama, Kemudian pada akhir masa Jabatannya
I Wayan Nesa Wisuanda digantikan Sementara oleh I Ketut Suberata sebelum adanya Kepala Desa Depinitif dan beberapa bulan kemudian terpilih I Ketut Wiranata dengan membawahi lima Kelian Dinas dengan mengganti Kelian Dinas Banjar Mertasari dan Tamansari dimana I Wayan jenjen digantikan oleh I Made Sunita dan I Ketut Nuita digantikan oleh I Ketut Arcana yang memegang Jabatan paling singkat hanya tiga tahu karena diangkat oleh Negara sebagai Pegawai Negeri Sipil yang bekerja dibidang Pendidikan yang kemudian digantikan oleh I Putu Sutamba. Masa Jabatan yang kedua kalinya I Ketut Wiranata mengganti lagi dua Kelian Dinasnya dimana I Made Sunita sebagai Kelian Dinas Banjar Mertasari digantikan oleh I Nengah Buana clan Di Banjar Tibudalem I Ketut Madera digantikan oleh I Ketut Budiasa.
Setelah berakhirnya masa Jabatan I ketut Wiranata, I Nengah Buana ditunjuk sebagai Pejabat Sementara . Terpilih I Gede Rimayasa sebagai Kepala Desa Pujungan dari Tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 yang kemudian digantikan oleh I Gede Putu Santiarta,SSi sampai dengan sekarang. Berselang hanya beberapa bulan dalam masa pemerintahan I Gede Rimayasa dengan keluarnya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Tata Pemerintahan Daerah dan Desa baru menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Kelian Dinas di Masing-masing Banjar yang menjabat adalah Drs. I Made Kirna menjabat sebagai Kelian Dinas Puspasari, yang digantikan oleh I Nyoman Yudana clan sekarang I Made Suradnya, 1 Gede Putu Santiarta,SSi sebagai Kelian Dinas Banjar Mertasari digantikan oleh I Ketut Gede Ari Pastika . I Ketut Sandiatma,BSc sebagai Kelian Dinas Banjar Tamansari, I Made Karnyana,SE sebagai Kelian Dinas Banjar Margasari, clan Drs. I Wayan Sujaya sebagai Kelian Dinas Banjar Tibudalem yang sekarang digantikan oleh I Nyoman Mahadewa.
Pada Tahun 2001 Banjar Puspasari dimekarkan clan dibentuk Banjar Persiapan yang dikepVi oleh Seorang Kelian Dinas yang bernama I Wayan Wiratmaja, masa lalu adanya pengawasan Pemerintahan Desa disebut sebagai Lembaga Musyawarah Desa ( LMD ), clan sekarang sebagai mitra kerja Kepala Desa ada Badan Pengawas yang disebut Badan Perwakilan Desa ( BPD ) yang diketuai oleh I Ketut Sabda dan dirubah menjadi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang diketuai oleh I Wayan Warjaya.
Dibagian lain lembaga adat pernah juga dikepalai oleh I Made Arya Sukantara yang digantikan oleh I Nengah Bumbung dengan dua kali masa Jabatan , I Wayan Sugara, I Wayan Dira, I Wayan Susila sekali masa Jabatan, kemudian kembali terpilihnya I Nengah Bumbung yang kemudian digantikan oleh I Wayan Sedana sampai dengan sekarang. Tercatat pula sejumlah nama – nama yang mengabdi diri masing-masing Banjar Adat yaitu di Banjar Adat Tamansari I Nengah Koni.
Di Banjar Adat Puspasari Jro Nyoman Siradana, Jro Wayan Gerana, Jro Dalang I Wayan Gede Anis dan I nengah Budiartha yang menjabat sampai sekarang. Di Banjar Adat Mertasari I Wayan Nuarta,l Wayan Jimat,l Nengah Nukarya, i Made Sunita dan I Ketut Suasana yang menjabat sampai sekarang. Di Banjar Adat Mekarsari I Wayan Sana, I Ketut Sutika, dan I nengah Sudika yang menjabat sampai sekarang. Dibanjar Adat Margasari I Ketut Puja, dan I Nengah Parjana yang menjabat sampai sekarang. Serta diBanjar Adat Tibudalem I Wayan Santya,l Wayan Purna, I Putu Suanda,l Ketut Sutama, I Wayan Subagiasa,l Ketut Kawiasa, I Ketut Budiasa dan kembali lagi 1 Ketut Sutama yang menjabat sampai sekarang. Bagian wilayah Administratif Desa Pujungan sama dengan bagian wilayah secara adat dalam aspek Desa Pekraman.
Bagus sekali,,gali lagi lebih mendalam,lebih bagus lagi bila dimasukan jg sejarah pura" yg ada dipujungan,pura manikterus dan pura manik geni,karna itu bagian dr sejarah desa pujungan
BalasHapus